Pada suatu hari
di tahun 1935 seorang hamba Tuhan berkebangsaan Belanda bernama F.G.Van Gessel
membaca Alkitabnya. Beliau baru saja pulang dari Pacet, daerah pegunungan di
Jawa Timur. Di sana beliau bergumul dalam doa puasa bersama hamba-hamba Tuhan
lainnya selama tiga hari.
Ketika membaca Yohanes 1:14 beliau menerima
wahyu Tuhan. Tidak seperti biasanya ayat itu dibaca sebagai: "Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita". Beliau membacanya
seperti yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kata "berdiam"
diganti dengan kata "tabernakel". Jadi ayat itu menjadi
"Firman itu menjadi daging dan bertabernakel di antara kita".
Pengertian tentang istilah asli Yunani "skenoo" dan
latar belakang pelajaran tabernakel memberikan beliau pengertian yang lebih
luas tentang ayat tersebut. Hal ini membuat beliau berkeinginan untuk
mengadakan pelayanan yang berpusat pada pengajaran Tabernakel. Ini merupakan
cetusan pelayanan yang kemudian dinamakan Kabar Mempelai Internasional.
Tak terbayangkan bahwa F.G.Van Gessel akan dipakai Tuhan
untuk melahirkan suatu pelayanan dalam gereja di Indonesia yang kemudian hari
berkembang mencapai negara-negara lain di dunia.
F.G.Van Gessel lahir di Blitar, Jawa Timur pada 9 Desember
1892. Memulaikan kehidupannya sebagai pekerja di perusahaan minyak yang
dikelola pemerintah Belanda. Tetapi pada tahun 1923 beliau berhenti dari
kedudukannya yang tinggi di perusahaan itu untuk memenuhi panggilan Tuhan dalam
suatu penglihatan tentang Anak Domba Allah, Yesus sebagai Mempelai Pria Surga.
Ketika itu beliau membaca kitab Wahyu 19:7 dan Wahyu 21:9-10. Penglihatan itu
diterima sebagai panggilan untuk melayani Tuhan.
Pelayanan 2 orang pengajar injil Amerika yang berasal dari
Belanda, Cornelius Groesbeck dan Richard Van Klaveren, serta pengalaman istri
beliau dalam baptisan Roh Kudus memegang peranan penting dalam pembaharuan
kehidupan rohaninya.
Penglihatan beliau tentang Mempelai Pria Surga membangkitkan
gairah yang besar terhadap Allah dan PengajaranNya. Hal inilah yang mendorong
beliau bersama sekelompok hamba-hamba Tuhan Indonesia pergi ke desa Pacet di
pegunungan Jawa Timur di mana mereka berdoa dan berpuasa selama 3 hari
berturut-turut.
Pengertian beliau tentang Yohanes 1:14 sesuah doa dan puasa
di Pacet menjadi pusat pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai. Sejak itu
beliau menerima pembukaan demi pembukaan rahasia Firman Allah. Ayat itu
dipegangnya sebagai janji Allah bahwa pengajaran-pengajaran yang beliau terima
dari Tuhan akan makin melimpah dengan berjalannya waktu.
Tahun-tahun berikutnya Van Gessel berkobar-kobar dengan
pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai ini. Beliau mendirikan gereja dan
sekolah Alkitab di Surabaya. Pengajaran ini menyebar cepat ke propinsi lain di
Indonesia. Di antara murid beliau di sekolah Alkitab terdapat seorang suku Jawa
bernama In Juwono. Di kemudian hari beliau menjadi hamba Tuhan yang terkenal
dalam Kabar Mempelai Internasional di Indonesia.
Pdt. Van Gessel meninggal pada umur 66 tahun (21 Juni 1958)
di Hollandia, Niew Guinea (sekarang dinamakan Jayapura, Irian Jaya). Beliau
meninggal setelah selesai menyusun semua buku dalam Alkitab menurut susunan dan
pengajaran Tabernakel. Apa yang beliau kerjakan terbukti menjadi suatu karya
yang penting karena telah menjadi rangka dasar dari penjelasan pada Alkitab.
Ini dapat dilihat dari pertumbuhan yang pesat di setiap tempat pengajaran itu
diajarkan di kepulauan Indonesia yang luas ini.
Sepuluh hari sebelum meninggal Pdt.Van Gessel mewariskan
pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai ini kepada menantu laki-lakinya, Pdt.
Carl J.Totaijs yang dengan setia melayani bersama beliau dalam menyebarkan
pengajaran ini di Niew Guinea. Tepat seperti dijanjikan Allah, pembukaan firman
Allah yang beliau terima menyebar tidak hanya di Indonesia tapi juga di bagian
lain di dunia. Bapak Totaijs terus menyebarkan pengajaran ini di Belanda yang
menjadi pusat pelayanan internasional. Tugas penyebaran kedua pengajaran
tersebut di Indonesia dibebankan terutama kepada Pdt. In Juwono dan hamba-hamba
Tuhan lainnya.
Pada tahun 1969 Pdt. Totaijs dan Pdt. In Juwono bergabung dan
bekerja sama dalam memajukan Kabar Mempelai. Pdt.Totaijs bersama istrinya, anak
tertua Pdt. Van Gessel, ke Surabaya mengunjungi Pdt. In Juwono dan sidang
jemaatnya. Mereka memperbaharui ikatan persekutuan dan kerja sama dalam
memproklamasikan pengajaran yang diterimanya dari guru mereka, Pdt.Van Gessel.
Dengan dukungan beberapa hamba Tuhan di Indonesia dan Belanda pelayanan Kabar
Mempelai terus disebarkan. Sampai hari ini 15 dari 27 propinsi di Indonesia
telah dijangkau pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai. Dari Belanda berita
ini telah mencapai beberapa negara di Eropa, Afrika, Amerika dan Asia.
Tahun 1982 merupakan salah satu tonggak sejarah pelayanan
Kabar Mempelai. Untuk pertama kalinya pengajaran ini menyebar menyeberangi
perbatasan Indonesia. Dari tempat asalnya di Jawa Timur menuju Manila,
Filipina, tempat diadakannya kebangunan rohani besar-besaran. Kebaktian itu
diadakan di Rizal Memorial Stadium dan menarik banyak hamba Tuhan dan anggota
gereja dari daerah Metro Manila. Pada kebangunan rohani ini Kabar Mempelai
diproklamasikan secara resmi dengan nama Kabar Mempelai Internasional.
Di bawah pimpinan Pdt. In Juwono, 425 anggota sidang di
Surabaya pergi ke Manila. Mereka disambut hangat oleh pemimpin-pemimpin gereja
dari Metro Manila. Peserta lainnya adalah para anggota sidang dari Holland
serta Bimas Kristen Protestan dari 5 propinsi di Indonesia. Keikutsertaan
secara resmi pemerintah Indonesia merupakan ungkapan pengakuan konkrit tentang
pelayanan Kabar Mempelai bagi masyarakat Indonesia. Pengajaran yang kuat
mengenai pernikahan misalnya, memulihkan banyak keluarga berantakan di Indonesia.
Kebangunan rohani BTI (Bride Tidings International) di Manila
sangat berarti dalam beberapa hal. Kebangunan rohani ini mendapat dukungan
tambahan dalam pelayanan ketika hamba Tuhan berkebangsaan Filipina bertindak
sebagai penerjemah dalam kebangunan ini. Beliau dan istrinya mengalami
pengalaman luar biasa ketika mempelajari pengajaran Tabernakel dan Kabar
Mempelai di bawah pimpinan Pdt. In Juwono sendiri di Surabaya. Beliau merupakan
pilihan yang tepat untuk menerjemahkan Firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt.
In Juwono selama kebangunan rohani di Manila. Hanya oleh keberanian dan hikmat
dari Allah, Pdt. Nene Ramientos dapat menerjemahkan Firman Allah kepada
orang-orang Manila di kebaktian itu, meskipun beliau hanya belajar bahasa
Indonesia selama 3 bulan. Sejak itu Pdt. Nene Ramientos dan istrinya bertindak
sebagai utusan pengabar injil BTI untuk dunia. Sebelumnya mereka bekerja
sebagai utusan pengabar injil BTI di USA selama 7 tahun.
Dalam pelayanan Kabar Mempelai Internasional ada tiga
serangkai, yaitu: Pdt. Totaijs, Pdt. In Juwono dan Pdt. Nene Ramientos,
masing-masing didampingi istrinya. Tetapi pada tanggal 12 Mei 1989, Pdt. In
Juwono dipanggil Tuhan. Beliau berada pada puncak pelayanannya sebagai ketua
BTI Indonesia dan dalam pelayanan internasional secara intensif. Tidak tampak
adanya tanda-tanda sakit. Kecuali sekitar dua jam sebelumnya beliau merasakan
sakit di bagian dalam. Saat itu juga beliau menyatakan kasihnya yang sangat
mendalam kepada Tuhan.
Bagi keluarga BTI, Pdt. In Juwono bagaikan Rasul Paulus yang
mengatakan "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi
buah."
Buah-buah pekerjaan beliau antara lain Kebangunan Rohani
Kabar Mempelai di Medan, Sumatera Utara tahun 1987 dan Konferensi BTI pertama
di Surabaya pada tanggal 23-30 Oktober 1988 yang dihadiri oleh lebih dari 1000
gembala dan penginjil dari Indonesia dan 23 negara lainnya. Saat mempersiapkan
konferensi BTI ke 2 yang dijadwalkan di Medan, Sumatera Utara pada bulan
November 1989 beliau dipanggil Tuhan dengan damai.
Tanpa beliau sebagai pemimpin BTI Indonesia,
persiapan-persiapan untuk BTIC (Bride Tidings International Conference) ke 2
hampir-hampir tidak dapat berjalan. Tampaknya iblis menunggu kesempatan. Dengan
berpulangnya hamba Tuhan yang adalah ujung tombak BTI Indonesia itu
masalah-masalah datang bagai air bah yang siap menelan semua persiapan BTIC
itu. Namun penglihatan yang diterima Pdt.Van Gessel tentang pengajaran
Tabernakel dan Kabar Mempelai tidak sia-sia. Beliau juga melihat bahwa
proklamasi dua pengajaran ini akan mencapai ujung dunia dan BTIC ke 2 merupakan
mata rantai yang penting.
Setan menyerang dengan gencar tapi Allah mengangkat seorang
hamba Tuhan dari Manado yang bernama Pdt. Pong Dongalemba. Beliau menggantikan
kedudukan ketua BTI dan menjadi pembicara utama pengajaran Tabernakel di
konferensi itu. Beliau diteguhkan dengan khotbah Pdt. Paulus Jedidjah dari
Ujung Pandang pada kebaktian petang hari di konferensi.
Tampaknya BTIC ke 2 menghadapi masalah-masalah berat. Karena
konferensi hamba-hamba Tuhan di Baguio, Filipina telah dijadwalkan tepatnya 10
hari sesudah Bapak in Juwono meninggal. Tidak perlu diragukan bahwa keluarga
BTI sangat kehilangan pemimpin mereka, tetapi tidak ada waktu untuk menoleh ke
belakang. Iman mereka teguh kepada Tuhan yang menganugerahkan pembukaan
pengajaran Tabernakel dan Kabar Mempelai pada Pdt. Van Gessel yang kemudian
diteruskan oleh Pdt. In Juwono tanpa kenal lelah sampai akhir hidupnya.
Ibu Annie, pendamping setia Pdt. In Juwono, sekalipun masih
diliputi rasa duka bergabung dengan keluarga BTI mengikuti konferensi di
Baguio. Bersama Bapak Pdt. Carl J.Totaijs yang memimpin BTI Belanda serta Dr.
Nene Ramientos dan istri sebagai utusan BTI di Amerika, tim BTI Indonesia ke
Baguio City untuk memenuhi misi memberitakan Kabar Mempelai kepada lebih dari
400 hamba-hamba Tuhan dan penginjil dari gereja penginjilan Methodist Filipina
yang datang dari seluruh negara itu. Ini peristiwa bersejarah sebab merupakan
pertama kalinya hamba-hamba Tuhan Methodist di Filipina mendengarkan pengajaran
Tabernakel dan Kabar Mempelai. Firman Allah disampaikan oleh hamba Tuhan yang
ditetapkan yaitu Bapak Pdt. Totaijs, Rev. Dr. Nene Ramientos, Bapak Pdt. Pong
Dongalemba dan Bapak Pdt. Paulus Jedidjah.
Panitia lokal konferensi Baguio memandang peristiwa ini
sebagai hari yang menyenangkan dalam kalender mereka. Pertama kali dalam
sejarah gereja mereka di mana grup asing seperti BTI mengambil alih seluruh
pemberitaan Firman Tuhan pada konferensi nasional yang diadakan 4 tahun sekali.
BTIC ke 2 berjalan sesuai jadwal yaitu tanggal 7 - 17
November 1989 di Surabaya, bukan di Medan. Pimpinan BTI memandang pemindahan
tempat penyelenggaraan BTIC ke 2 ini sebagai peringatan positif dari Allah.
Sepertinya Allah menghendaki Surabaya sebagai tempat permanen bagi
penyelenggaraan BTIC. Tempat pelayanan 2 hamba Tuhan yang dipilih Allah yaitu
Pdt.Van Gessel dan Pdt.In Juwono. Hal ini diteguhkan oleh Bapak Totaijs sebagai
pembicara utama Kabar Mempelai di kebaktian penutupan. Surabaya merupakan
tempat permanen penyelenggaraan BTIC.
Sementara itu BTI Indonesia giat mengembangkan pengabaran
Mempelai di bagian timur, BTI Belanda di belahan barat. Dari Amsterdam dan Den
Haag, Bapak Totaijs memimpin tim BTI ke negara-negara Afrika, Amerika Selatan
dan India. Mereka menyelenggarakan seminar dengan para gembala dan penginjil.
Salah satu hasilnya adalah sebuah Sekolah Alkitab di India. Beberapa hamba
Tuhan di Belanda juga menyelenggarakan kebaktian di negara-negara Eropa
lainnya.
Pelayanan-pelayanan keluar itu menyebabkan terwujudnya
kongres di kota Noordwijkerhout, 30 Km dari Amsterdam. Kongres yang didukung
BTI Belanda ini dihadiri oleh hamba-hamba Tuhan dari beberapa negara.
Setelah kongres ini pelayanan-pelayanan lainnya semakin
berlanjut. Tiga tahun sebelumnya, 200 hamba-hamba Tuhan mendengar pengajaran
Mempelai di gereja BTI di Amsterdam. Mereka merupakan sebagian dari 4000
peserta konferensi internasional para penginjil keliling yang diadakan di kota itu.
Mereka juga sangat terkesan dan mendapat berkat dari kesaksian Dr. Nene
Ramientos yang pelayanannya telah diperkaya dengan pengajaran Mempelai setelah
30 tahun dalam pelayanan lain. Dr. Nene Ramientos mengundang beberapa peserta
konferensi itu untuk datang ke gereja Bapak Pdt. Totaijs. Beberapa dari mereka
merupakan teman-teman beliau yang mengenalnya sebagai pemimpin gereja di
Filipina yang mempunyai banyak hubungan dengan negara-negara di dunia. Selain
dari pelayanan beliau di Amerika dan di Filipina, beliau ikut serta
seminar-seminar BTI yang dipimpin oleh Bapak Totaijs dan Bapak Dongalemba
masing-masing dengan istri mereka ke beberapa negara di dunia. Bapak Ramientos
dan istri juga mendapat undangan untuk mengunjungi Israel, Eropa dan Rusia.
Di dalam wadah BTI Indonesia terdapat seorang hamba Tuhan
yang telah banyak pengalaman dalam pelayanan Kabar Mempelai, beliau adalah
Bapak Pdt. Pong Dongalemba yang menjadi gembala dua sidang jemaat yang menjadi
pusat pelayanan BTI Indonesia. Beliau merupakan anak didik dari Bapak Pdt. In
Juwono.
Beliau berketetapan meneruskan mandat dari Tuhan ketika
membaca Matius 24:27 "Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur
dan melontarkan cahayanya sampai ke barat demikian pulahlah kelak kedatangan
anak manusia". Beliau melihat ayat ini sebagai perintah Allah untuk
mengabarkan berita kedatangan Yesus yang kedua kalinya, mulai dari timur yaitu
Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Thailand, Filipina
yang beliau harapkan dapat bersekutu dalam pelayanan menuju ke barat sampai ke
Yerusalem.
Urutan perjalanan ini merupakan rangkaian akhir perintah
agung Allah untuk memberitakan Injil sampai ke seluruh dunia. Mulai dari
Yerusalem. Sekarang tiba saatnya putaran itu kembali ke Yerusalem. Sekalipun
sampai detik ini bangsa Yahudi masih menjadi seteru Injil, mereka yang sedang
menunggu Mesias akan menerima pengajaran Mempelai berita pembangunan Tubuh
Kristus.
Sejarah pengajaran Mempelai masih dalam perjalanannya
bergerak menuju ke seluruh penjuru dunia. Pelayanan Kabar Mempelai ini
menyingkapkan sejarah Mempelai Laki-Laki dan Mempelai PerempuanNya yang
diwahyukan kepada hambaNya, F.G.Van Gessel lebih dari 60 tahun yang lalu.